Senin, 16 Juli 2012

Gol Untuk Jeje


Wasit meniup peluit. Bola ditendang oleh kiper jauh ketengah lapangan. Yak, pemain lawan yang memakai kostum biru merebut bola. Tackle keras diberikan kepadanya. Aku berada dipihak tim yang memakai kostum merah. 


  Yak, kini peluang untuk timku. Pemain nomer punggung 7 itu menggocek 2 pemain di sayap kanan. Ah dia maruk sekali, posisiku lebih ideal dalam menyelesaikan peluang, padahal aku ingin mencetak gol. Lagi-lagi peluang untuk aku gagal. 


  Aku memperhatikan sekeliling tribun VIP sambil menunggu bola. Iya, disudut sana, Jessica Vania. Ah, karena namanya panjang ia dipanggil Jeje. Seorang gadis cantik, berambut panjang, berkulit putih. Jeje seorang artis pendatang baru di dunia tarik suara. Ia selalu datang ketika timku bertanding. Ingin sekali aku mencetak gol untuknya. Agar ia bisa tersenyum padaku. Sudah 12 pertandingan ia hadir di stadion ini. 


  Pelatih memberikan instruksi untuk menyerang. Aku segera mencari posisi yang tepat untuk menerima bola lalu mencetak gol. Ah, banyak sekali pemain belakang lawan menghalangi posisiku untuk menerima bola. Aku mencoba penetrasi kedepan. Aku melambaikan tangan pada pemain bernomer 7. Yak, bola ke arahku.Tepuk tangan penonto bergemuruh keras. Sial!! Kiper itu cepat sekali menangkap bola, harusnya aku dapatkan bola itu. 


  Waktu pertandingan menunjukkan menit ke 77. Skor 1-0 untuk timku. Memang kini kedudukan menang untuk timku. Tapi sampai saat ini aku masih belum bisa memenangkan hati Jeje. Ia tersenyum ketika timku yang menguasai bola. Waktu hampir habis. Aku terus mencari cara agar bagaimana gol tercipta. 


  Di tribun, sesekali aku melirik Jeje. Ia menikmati jalannya pertandingan. Sambil menunggu bola datang, aku berusaha mencuri pandangan Jeje.Kini peluang untuk timku. Pemain nomer 10 yang sekarang menggiring bola mencari posisi teman yang kosong. Ia sempat melirik posisiku berdiri. Ah, ternyata itu hanya tipuan. Pemain nomer 10 melakukan shoot langsung ke gawang. Lagi – lagi kiper lawan ini sangat tanggauh. Lawan mulai melancarkan serangan balik. Sambil membuat formasi bertahan, aku masih sempat melirik Jeje yang kelihatan tegang di tribun. 


  Priiittt!!! Yak, wasit meniup peluit panjang. Timku menang 1-0. Tapi lagi – lagi aku gagal memenangkan hati Jeje. Semua pemain masuk ke kamar ganti. Aku berjalan sambil meratapi kegagalan. 


  Dari belakang ada seorang lelaki yang mungkin seumuran ayahku, tapi lebih muda lagi. Ia memberiku kode. Kulepas seragam yang ku pakai. Di belakang seragam itu tertulis “Ball Boy” atau dalam Bahasa Indonesia adalah Anak Gawang. 


  Ya, aku adalah seorang anak gawang di stadion ini yang menunggu datangnya bola yang keluar lapangan untuk memungutnya. Aku sangat menginginkan memberi bola itu kepada Jeje.   


  Saat aku keluar stadion. Jeje dan pemain bernomer 7 itu bergandengan bersama. Ya, mereka berpacaran. Nomer 7 memang “The Lucky Seven” kalau kata orang luar negeri.   


  Hidup ini kadang dipisahkan oleh kasta. Pemain bernomer 7 itu bintang lapangan, Jeje adalah bintang panggung, kalau aku selalu menunggu bintang kejora jatuh untuk mengubah nasibku.

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar